::>>Subscribe

RSS Feed (xml)

::>>Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

--Assalamu Alaikum-- Welcome to my blog,Cafe Net Clinic.... More Than Just an Entertainment..Be closer to me and don't forget to leave your comment

Saturday, December 27, 2008

Militerisasi, Tempaan Tiada Henti

"Dua tiga tak akan kulupa,
Tempat kita berlatih bersama,
Siang malam selalu ditempa,
Tuk menjadi pegawai PLN"

Petikan bait ini sejenak menghipnotis pikiranku, menembus batas alam bawah sadarku, teringat akan kerasnya hidup kemiliteran di Kopassus Batalyon 23, Bogor. Sepuluh hari ibarat sebuah waktu yang cukup singkat namun telah membawa perubahan yang begitu cepat, mengubah perilaku saya dan 233 rekan lainnya. Sepuluh hari sebagai titik awal pembentukan sikap mental dan disiplin, menjadi salah satu tahap prajabatan PLN angkatan XII.

10 Desember 2008, menjadi hari pertama kujejakkan kaki di daratan Batalyon 23 TNI AD. Sebilah pisau hitam tertancap gagah di gerbang itu. Barek merah yang menjadi symbol angker buat sekelompok manusia berseragam hijau loreng jelas masih teringat. Sesaat truk yang mengangkut kami berhenti kemudian bergegas turun. Terdengar teriakan para pelatih. Pelatih begitu kami menyebut mereka, dan mereka pun enggan dengan panggil Bapak apalagi Om…..dengan postur yang tinggi tegap berseragam lengkap dengan segala aksesoris ketentaraan, ditangannya mereka memegang seutas selang berukuran 30 cm, siap menjadi bahan cambukan, sepertinya.

Suatu sambutan yang hangat kala itu ketika teriakan memekik telinga memerintahkan segera berbaris berbanjar dan berjalan berirama. Dengan sekali hentakan kaki, tampak barisan kocar-kacir bak semut kebanjiran. Entah karena ketegangan yang mulai menyelimuti ataupun karena sudah lama tidak lagi mengikuti pelajaran PBB dengan baik. Bentakan dari arah kiri seakan memecah gendang telingaku, serentak seluruh barisan berjongkok, merangkak, dan merayap kemudian berguling. Suatu kolaborasi hukuman yang sangat pas untuk mengocok perut Anda. Benar-benar sambutan yang hangat. Pikirku ini belumlah seberapa. Anggap saja warming up buat 10 hari ke depan.

Di pintu gergang utama, terpampang dengan jelas sebuah tulisan “NKRI Harga Mati”, kalimat yang menjadi kata sandi sebelum memasuki kawasan Batalyon. NKRI harga mati, menyiratkan pesan patriotisme dan semangat nasionalisme yang kuat. Pesan moral yang harus tertanam dalam diri setiap prajurit. Dhanuja Yudha, yang berarti ksatria yang gagah perkasa, harus rela mengorbankan segenap jiwa dan raga untuk Ibu pertiwi. Setidaknya itulah maksud yang bisa tertangkap dari mereka, para perlatih, para ksatria, para Dhanuja Yudha.
Tiga kali teriakan lantang kata sandi tadi mengiring barisan masuk ke kawasan Batalyon. Sesaat pandangan tertuju pada sepadang rumput nan hijau, pepohonan yang berjejer berbaris, lebih teratur dibanding dengan barisan kami. Hembusan angin, menghirup udara yang begitu sejuk, merasuk hingga ke rongga hidungku. Hilir angin yang sepoi, menyentuh daun telingaku membisikkan nada sindiran, bisikan kecil ia berkata, “Welcome to the hell.”

Banyak kisah yang mengiringi perjalanan selama 10 hari berikutnya. Betapa tidak, seluruh aktivitas yang melibatkan fisik dan mental menguras seluruh tenaga dan pikiran. Mulai dari hal yang terkecil hingga ke hal-hal yang urgen, semua memiliki aturan tersendiri. Cara makan, minum, mandi, berpakaian, berjalan, hormat, hingga bagaimana harus tertawa yang seragam semua ada aturannya. Saya bahkan merasa layaknya bocah kecil yang baru lahir. Awalnya peraturan ini tampak membuatku kaku dan bodoh.

Ada cerita unik dan menggelikan disana, saat ketika pembersihan alias mandi. Seluruh siswa harus mandi dalam kondisi tanpa busana, memang demikianlah hakikat mandi, telanjang. Akan tetapi, yang tidak biasa disini ketika harus mandi secara bersamaan di satu tempat. Karena konsep yang ditanamkan adalah kebersamaan maka segala sesuatu harus bersama termasuk dalam hal mandi. Awalnya merasa canggung bin risih melihat sekawanan burung kebasahan, namun lambat laun juga mulai terbiasa. Sekali lagi, pengalaman baru kudapatkan, mandi bersama.

Terbiasa dengan komposisi waktu yang terbatas juga berlaku saat kegiatan makan berlangsung. Dalam 2 menit makanan harus dihabiskan. Terkadang makanan tidak lagi sempat dikunyah, maka dengan sedikit bantuan air sejurus kemudian setimpuk nasi dan sepotong daging masuk ke rongga kerongkongan. Menu makanan yang tampaknya enak akhirnya tidak bisa dinikmati hanya menyisakan cegukan besar dan rasa mual.

Tinggal dan tidur di barak tenda. Setiap barak berisikan 26 orang. Beralaskan veldbeck, sejenis kasur lipat khas darurat. Keteraturan juga harus ada di sini, termasuk bagaimana mengatur posisi tas dan ransel, alas kaki, dan alat mandi. Keseluruhan posisi harus mengikuti cara yang sama. Di dalam tenda hamper tidah ada waktu untuk bersenda gurau karena kelelahan walaupun ada saja satu dua orang yang sempat mengobrol. Waktu istirahatpun sangat dibatasi. Paling tidak hanya 3 jam sehari. Seperti kata pelatih, istirahat dan tidurlah yang efektif. But how…? Pernah suatu ketika malam caraka tiba, saat dimana mata terlelap tidur, waktu itu sekitar pukul 1.30, seketika dibangunkan dengan suara ledakan dan sirene. Dentumannya sangat keras, hingga jantung sepersekian detik tidak merespon lagi. Keadaan bertambah genting ketika semua lampu dimatikan. Dalam kondisi seperti ini setiap siswa diwajibkan memakai seragam lengkap berdasi dan bersepatu. Dalam hitungan detik kembali berkumpul di tengah lapangan. Ide gila ini sebenarnya sebagai bentuk simulasi melatih kesiapsiagaan yang dituntut setiap waktu dalam kondisi apa pun.

Namun di balik semua perlakuan baik itu mekanisme hukuman yang menurut perspektif sebagian rekan-rekan lainnya adalah di luar batas kemanusiaan maupun tempaan dan pembinaan yang didapatkan tidaklah seberapa bila dibandingkan dengan pengalaman yang luar biasa. Sungguh melebihi ekspektasi yang kami harapkan. Hal-hal yang baru seperti melakukan aksi rafling (turun tali), flying fox (meluncur), titian tali, lempika alias lempar pisau kampak, ibarat semua ini tampak seperti outbound di alam bebas namun hanya dengan sedikit tekanan dan latihan ekstra. Dan yang paling berkesan ketika latihan menembak. Pertama dan yang paling menegangkan, hamper belum satupun yang pernah mencoba sebelumnya. Jangankan menembak, memegang senjata pun mungkin baru pertama kali. Saat membidik dan kemudian hendak menekan picuan adalah saat dimana ketegangan mulai memuncak, adrenalin bergerak mengalir ke atas, nafas yang tidak karuan, sejenak jantung tak lagi berdetak, karena focus pandangan ke arah sasaran tembak. Hingga akhirnya setetes keringat mulai mengucur dan kelegaan membuncah ketika satu peluru yang tertembak tepat mengenai sasaran. Seketika dentingan senjata yang memekik telinga tak lagi terasa. Sungguh luar biasa.

Sepuluh hari kemudian, dengan semua latihan dan caci maki dari sang pelatih, akhir dari perjuangan melawan dan mengendalikan emosi dan keakuan. Sepuluh hari yang kemudian mengubah pola hidup secara perlahan ke arah yang lebih baik, lebih disiplin dan hidup lebih berkualitas. Sepuluh hari dengan sejuta pengalaman baru. Esensi dari pelatihan sikap mental dan disiplin ini telah menjadi pembelajaran yang sangat berharga. Semoga dapat menjadi bekal buat meniti masa depan yang lebih cerah.



1 comment:

  1. Mr. W ( Prajurit Dhanuja Yudha )December 21, 2009 at 10:49 PM

    ...Selamat menempuh hidup baru...
    ...kehidupan yang lebih berarti, untuk Bangsa dan Negara...awalnya dari Dhanuja Yudha...
    ...10 hari takkan kulupa, di Ksatrian R.A Fadillah

    ( Prajurit Dhanuja )

    ReplyDelete

Hal-hal yang perlu diperhatikan :
- Berilah komentar yang relevan dengan topik warta ini. Bacalah semua dari warta maupun komentar-komentar lain, sebelum memberi komentar.
- Tidak membuat komentar yang bernuansa SARA, pornografi, menyerang pribadi, menyebarkan kebencian dan kekerasan maupun pendapat yang melanggar hukum.
- Tidak beriklan di kolom komentar ini.
- Gunakan bahasa yang santun dan beri respek pada semua pendapat meskipun berbeda pendapat.
- Gunakan nama asli dan bila Anda sudah menjadi anggota blogspot, upayakan login member terlebih dahulu. Bila belum menjadi anggota, email yang Anda cantumkan di kolom email, tidak akan dimunculkan.
(pada kolom comment as,pilih anonymous kalo Anda tidak memiliki URL dan semacamnya, n tulis nama kamu juga yah...)